Kisah Teladan Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Kisah Teladan Sunan Ampel - Sesepuh Walisongo


Daerah Bukhara, terletak di Samarqand, Rusia Selatan. Ada seorang ulama besar bernama Syekh Jamaludin Jumadil Kubra, beliau mempunyai seorang putra bernama Ibrahim. Karena dari Samarqand maka Ibrahim mendapat tamabahan Samarqandi.  Pada waktu itu  orang jawa sukar mengucapkan Samarqandi  kemudian penyebutannya menjadi Syekh Ibrahim Asmarakandi.

Atas perintah ayahnya, Syekh Ibrahim Asmarakandi berdakwah ke Negara-negara Asia. Saat melaksanakan perintah tersebut, beliau  diambil menantu raja Cempa, dijodohkan dengan putri bernama Dewi Candrawulan. Kemudian mendapat dua orang putra yaitu Sayyid Ali Rahmatullah dan Sayyid Ali Murtadho. Sedang adik Dewi Candrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperistri oleh Prabu Brawijaya Majapahit.

Singkat cerita terjadi kemunduran di Kerajaan Majapahit disebabkan salah satunya kemerosotan akan budi pekerti. Lalu Ratu Dwarawati memberikan masukan jika dirinya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti. Masukan tersebut diterima dengan baik oleh Raja Brawijaya.

Maka suatu hari datanglah Sayyid Ali Rahmatullah bersama dengan ayah (Syekh Maulana Ibrahim Asmarakandi) yang kemudian meninggal dunia dimakamkan di daerah Kecamatan Palang Kabupaten Tuban dan kakaknya (Sayyid Murtadho) yang kemudian berdakwah sampai di Bima, disana mendapat sebutan raja Pandhita Bima dan akhirnya berdakwah di Gresik, mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik.

Sayyid Ali Rahmatullah meneruskan perjalanan hingga akhirnya bertemu dengan Prabu Kertabumi (keturunan Prabu Hayam Wuruk) dan bibinya Ratu Dwarawati. Dikisahkan setelah menereima perintah, selanjutnya Sayyid Ali Rahmatullah menetap beberapa hari di istana Majapahit dan dijodohkan dengan salah satu putri bernama Dewi Condrowati atau Nyai Ageng Manila. Maka beliau menjadi anggota keluarga kerajaan Majapahit kemudian lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat.

gambar: informazone


Pada hari yang telah ditentukan berangkatlah rombongan Raden Rahmat di daerah Surabaya kemudian disebut Ampeldenta. Singkat cerita akhirnya beliau menetap di desa Ampledenta menjadi penguasa daerah tersebut maka kemudian beliau dikenal sebagi Sunan Ampel.

Selanjutnya beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit serta siapa yang mau datang berguru kepada beliau. Ajarannya yang terkenal yaitu Moh Limo : Moh Main, Moh Ngombe, Moh Maling, Moh Madat, Moh Madon.

Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam diwilayah Majapahit dengan catatan rakyat tidak boleh dipaksa, Raden Rahmatpun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaaan dalam beragama. Diantara para santrinyadan putra Sunan ampel sebdiri juga menjadi anggota walisongo yakni  Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati dan Sunan Kota atau Raden Patah (yang kemudian menjadi Raja Demak yang pertama).

Sunan Ampel juga turut membantu mendirikan Masjid Agung Demak yang didirikan pada tahun 1477 M. Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan arab berbunyi bahasa jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada muridnya.

Beliau sangat mengayomi kaum lemah, melindungi kaum kecil dan menghargai kaum atas. Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di dekat Masjid Ampel, Surabaya.




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel