Kisah Teladan Sunan Drajat

Kisah Keteladanan Sunan Drajad

Sunan Drajad bernama asli Raden Qosim, beliau putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati dan merupakan adik dari Raden Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang.
gambar: ombonejagad.com
Raden Qosim yang sudah mewarisi ilmu dari ayahnya kemudian diperintah untuk berdakwah di sebelah barat Gresik, daerah kosong antara Tuban dan Gresik. Singkat cerita dalam perjalanannya terjadi suatu peristiwa yang mengakibatkan Raden Qosim berada di desa Jelag. Kemudian Raden Qosim mendirikan Pesantren. Setelah satu tahun di desa Jelag, Raden Qosim mendapat ilham supaya menuju ke arah selatan, kira-kira berjarak 1 kilometer, beliau mendirikan surau langgar untuk berdakwah.

Tiga tahun kemudian beliau mendapat petunjuk agar membangun tempat berdakwah yang strategis yaitu ditempat ketinggian yang disebut Dalem Duwur. Di bukit itu sekarang dibangun Museum Sunan Drajad, adapun makam Sunan Drajad terletak di sebelah barat Museum tersebut.

Diantara ajaran beliau yang terkenal adalah sebagai berikut;
Menehono teken marang wong tuo
Menehono mangan marang wong kang luwe
Menehono busono marang wong kang mudo
Menehono ngiyup marang wong kang kudanan

Beliau terkenal sebagai seorang Wali yang berjiwa dermawan dan sosial. Beliau sangat mengusahakan kesejahteraan sosial. Beliau juga memberikan motivasi yang lebih menekankan pada kerja keras serta kedermawanan untuk mengentaskan kemiskinan dan menciptakan kemakmuran. Orang-orang miskin yang tidak mempunyai penghasilan beliau berdayakan. Beliau mengajari cara membuat tambak garam, ikan, udang dan lain-lain.

Dalam berdakwah di bidang kesenian, beliau terkenal sebagai ahli ukir. Beliau juga yang pertama kali menciptakan Gending Pangkur yang hingga sekarang masih disukai rakyat Jawa.

Beliau juga dikenal sebagai anggota Walisongo yang turut serta mendukung dinasti Demak dan ikut pula mendirikan Masjid Demak. simbol kebesaran ummat Islam pada waktu itu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel