Kisah Teladan Sunan Kudus

Kisah Keteladanan Sunan Kudus

Sunan Kudus diriwayatkan adalah putra Raden Usman haji yang bergelar Sunan Ngudung. Kedudukannya sebagai senopati Demak kemudian digantikan oleh putranya sendiri yakni Ja’far Sodiq yang lebih terkenal dengan nama Sunan Kudus. Disamping belajar agama kepada ayahnya sendiri, Raden Ja’far Sodiq juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, diantaranya Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel.

Dinamakan Sunan Kudus, karena beliau berdakwah di daerah Kudus. Dalam berdakwah Sunan Kudus seperti Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati.
gambar: jatman.or.id
Suatu ketika diceritakan Sunan Kudus, membeli seekor sapi kemudian ditambatkan di halaman rumahnya. Rakyat Kudus yang kebanyakan beragama Hindu penasaran dengan apa yang akan dilakukan Sunan Kudus. Sebab dalam pandangan agama Hindu, sapi adalah hewan suci yang menjadi kendaraan Dewa, meneyembelih adah perbuatan dosa yang dikutuk para Dewa.

Setelah berkumpul ternyata Sunan Kudus memberikan pengumuman bahwasannya tidak boleh menyakiti sapi sebab beliau pernah diselamatkan oleh sapi kemudian timbal baliknya adalah penduduk Kudus dilarang menyakiti sapi atau menyembelih sapi. Kontan para penduduk terpesona.

Sunan Kudus melanjutkan dengan menerangkan surat Al-Baqarah, surat yang dinamakan Surat Sapi (Sapi Betina). Masyarakat tertarik. Kok ada sapi di dalam Al-Qur’an, mereka jadi ingin tahu dan untuk tahu maka mereka sering-sering datang mendengarkan keterangan Sunan Kudus.

Bentuk masjid yang dibuat Sunan Kudus pun juga tak jauh beda dengan candi-candi milik orang Hindu. Ada Menara Kudus yang terhitung antic, hingga kini masih dikagumi orang di seluruh dunia karena keanehannya. Dengan bentuknya yang mirip candi itu orang-orang Hindu merasa akrab dan tidak merasa takut atau segan masuk ke dalam masjid guna mendengarkan ceramah Sunan Kudus.

Ada juga cerita tentang Sunan Kudus cara dalam berdakwah merangkul masyarakat Budha di Kudus. Sesudah masjid berdiri, Sunan Kudu membuat padasan atau tempat berwudhu dengan pancuran yang berjumlah delapan diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya. Hali ini membuahkan hasil, banyak ummat Budha yang penasaran untuk aoa Sunan Kudus memasang wasiat Budha itu di padasan sehingga mereka berdatangan ke masjid untuk mendengarkan keterangan Sunan Kudus.

Cara berdakwah Sunan Kudus meniru cara berdakwah gurunya. Beliau sangat toleran dengan budaya setempat dan memperhatikan penggunaan teknologi (arsitektur) yang ada. Sunan Kudus juga sangat tenggang rasa, menghormati perbedaan dan tidak pernah menyakiti orang yang berbeda pendapat.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel